P2K2 PROGRAM KELUARGA HARAPAN, MEMBUKA WAWASANPENGETAHUAN KPM DALAM BERBAGAI ASPEK
Eksistensi dari Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga [P2K2] yang lahir di tengah-tengah PKH tentu tidak hanya sebatas kegiatan pendukung yang bersifat formalistik semata. Pada prinsipnya P2K2 terlahir adalah sebagai bagian yang integral bagi PKH.
P2K2 dalam PKH, Ibarat Perangkat Lunak dalam Komputer[Keterangan Foto: Salah satu kegiatan pelaksanaan P2K2 di salah satu Desa di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur
Jika diibaratkan sebuah komputer, kelahiran PKH sebagai sebuah program bantuan sosial yang memberikan sejumlah nilai rupiah kepada keluarga penerima manfaat [KPM] adalah perangkat keras [hardware] komputer. Maka sebaliknya, kehadiran P2K2 melengkapi sebagai perangkat lunak [software] komputer.
Kedua perangkat ini sejatinya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya~jika seseorang berharap agar komputer dapat dioperasikan dengan baik. Itulah sebabnya, kedua perangkat ini adalah satu kesatuan yang sejatinya utuh dalam kerangka membangun cita-cita luhur meraih keluarga yang sejahtera, sehingga kelak dapat memutus rantai “setan kemiskinan”.
P2K2 dalam PKH, Ibarat Perangkat Lunak dalam Komputer[Keterangan Foto: Salah satu kegiatan pelaksanaan P2K2 di salah satu Desa di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur
Bersama itulah, P2K2 dalam arti sebagai perangkat lunak harus mampu menjadi spirit pergerakan dibidang pembangunan sumberdaya manusia KPM yang selama ini dianggap masyarakat terbelakang dalam berbagai hal. Pembangunan sumberdaya manusia KPM menjadi sangat penting dalam P2K2, karena tidak saja menyentuh tentang hal-hal terkait bagaimana cara memanfaatkan bantuan sosial yang diterima dalam PKH.
P2K2 juga memiliki cita-cita luhur untuk membuka wawasan pengetahuan KPM dalam berbagai hal yang sifatnya prinsip. P2K2 memiliki peran strategis dalam mengoptimalkan pengertian dan pemahaman KPM untuk melihat arti penting keberadaan dirinya sendiri sebagai ciptaan Tuhan di atas bumi, sebagai manusia, keluarga, masyarakat dan bagian dari kemajuan pembangunan Bangsa Indonesia.
Berjalan lurus dari semua itu, hal yang paling fundamental dalam pembangunan sumberdaya manusia dalam pelaksanaan P2K2 sejatinya adalah menyadarkan KPM untuk mengubur jauh-jauh “mental miskin” yang selama ini disematkan di dalam diri KPM oleh KPM sendiri.
KPM hendaknya dapat terbangun secara perlahan-lahan dari dogma yang muncul dari dirinya sendiri terhadap status keadaan miskin yang dimiliki selama ini. Hal ini menjadi serius, karena tanpa adanya “ramuan” yang hebat~”mental miskin” ini pun akan menjadi penyakit yang kronis di dalam diri KPM.
KPM akan selalu merasa terkungkung dalam sebuah ruang kemiskinan dan sulit menemukan jalan keluar. Inilah yang kemudian kelak disebut sebagai “kemiskinan kultular” yang memiliki makna~seolah-olah kemiskinan itu menjadi bagian dari sebuah kebudayaan yang ada disekeliling KPM.
Budaya miskin semacam ini biasanya akan tampak dalam bentuk tidak suka berusaha, malas, masa bodoh dan manja dengan anugerah alam. Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan ini akan memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain: merasa diri tidak berguna, penuh dengan keputusasaan, merasa inferior, sangat dependenterhadap orang lain.
Orang miskin dalam lingkup ini juga memiliki kepribadian yang tidak kuat, kurang bisa mengontrol diri, mudah implusif dan sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan. Sikap semacam inilah yang cenderung akan membuat KPM lebih susah dalam membuat sebuah perencanaan yang baik bagi masa depan keluarganya.
Melalui pelaksanaan P2K2 yang di emban oleh ketangguhan Pendamping Sosial, sekiranya menjadi ramuan yang dapat menetralisir “penyakit mental miskin” tersebut. Seperti halnya kayu kering yang sering digosok, maka ia pun akan mengeluarkan api. Hal ini dapat dijadikan makna filosofi, bahwa untuk menyukseskan dan menjadikan eksistensi P2K2 berhasil dalam membangun semangat juang KPM PKH dalam merah kesejahteraan keluarga, tentu dibutuhkan pelaksanaan yang secara terus menerus.
Selain pelaksanaan yang secara terus menerus, tentu pula harus dibarengi dengan strategi serta pengembangan modal intelektual secara struktural maupun profesional dalam rumah besar PKH, sehingga kompleksitas permasalahan KPM dapat selalu di antisipasi
Komentar
Posting Komentar